Dampak buruk yang diakibatkan dari keberadaan sampah plastik terhadap lingkungan hidup masih menjadi masalah yang belum juga terlesesaikan. Tidak hanya dari kesadaran penggunanya, produsen produk-produk yang menggunakan kemasan plastik pun juga harus membangun kesadaran, terutama mengenai penggunaan bahan daur ulang sampah plastik.
Seperti dilansir dari Science Alert, kebijakan sebuah negara terkait penggunaan bahan daur ulang plastik ini pun turut mempengaruhi usaha dalam mengurangi sampah plastik di dunia. Baru-baru ini, Cina akan memberlakukan aturan menolak masuknya bahan daur ulang plastik yang memiliki mutu rendah. Selama ini, negara-negara besar seperti Amerika Serikat, Inggris, dan sejumlah negara Eropa mengandalkan Cina sebagai negara tujuan ekspor bahan daur ulang dari sampah plastik.
Mengalihkan ekspor bahan daur ulang dari sampah plastik ke negara-negara di Asia lainya juga bukan menjadi jawaban untuk mengurangi jumlah sampah plastik saat ini di dunia. Akhirnya, kesadaran pribadi terkait penggunaan plastik, seperti menggunakan kemasan plastik hasil daur ulang, berhenti menggunakan sedotan dari bahan plastik, atau menggunakan tas belanja hasil daur ulang di swalayan, ternyata tidaklah cukup.
Berikut sejumlah yang bisa dilakukan untuk berkontribusi terhadap pengurangan sampah plastik:
- Perhatikan kualitas bahan daur ulang
Selama ini, proses daur ulang cenderung dilihat dari segi kuantitas, bukan pada kualitas material yang didaur ulang. Padahal, hal ini tidak kalah penting. Kualitas bahan daur ulang merujuk pada tingkat kebersihan dan kualitas bahan daur ulang dari sampah plastik tersebut.
Bahan daur ulang yang tidak berkualitas biasanya telah terkontaminasi. Atas alasan inilah, Cina akhirnya tidak mau lagi menerima bahan daur ulang berkualitas rendah.
''Untuk hal ini, harus ada pembenahan bahkan dari awal sampah plastik dikumpulkan dari tingkat rumah tangga, kemudian pengumpulan yang komprehensif, dan ada pembagian mulai dari botol plastik, kaleng minuman, dan cangkir kopi dari karton,'' tutur ahli lingkungan dari Universitas Nottingham Trent, Christine Cole, seperti dikutip Science Alert.
- Jangan hanya mengumpulkan sampah plastik
Christina melanjutkan, salah satu masalah di pengumpulan sampah pada tingkat rumah tangga adalah tidak konsiten dan terlalu membingungkan. Sangat penting untuk mengingatkan otoritas lokal agar mereka bisa membantu memisahkan jenis sampah, seperti botol kaca bekas minuman ataupun kardus bekas makanan, yang bisa didaurulang.
Setelah pemisahan itu, mereka akhirnya bisa mengubahkan menjadi material bahan baku daur ulang. Sehingga, otoritas lokal benar-benar mengumpulkan sesuatu yang akhirnya bisa didaurulang. Sehingga, kerja pendaurulangan sampah-sampah tersebut belarngsung efektif. ''Jika belum ada infrastruktur yang bisa memisahkan atau mengolah sampah-sampah tersebut menjadi bahan baku, maka akan lebih baik sampah-sampah tersebut tidak usah dikumpulkan. Tetapi di tempatkan di sebuah fasilitas yang bisa mengolahnya,'' tutur Christina.
- Tingkatkan permintaan pemakaian botol plastik hasil daur ulang
Negara-negara maju, seperti Amerika Serikat dan Inggris, harus bisa menciptakan permintaan mereka sendiri terhadap material hasil daur ulang. Artinya, pemerintah mereka mendukung industri atau manufaktur yang mengembangkan teknologi atau kebijakan yang mendukung hal tersebut.
Sebagai langkah alternatifnya, pemerintah bisa menerapkan kewajiban penggunaan bahan material yang berasal dari daur ulang produk plastik. Seperti contohnya, perusahaan minuman Coca Cola menargetkan, pada 2020 mendatang, 50 persen bahan material pada botol kemasan yang mereka gunakan berasal dari material hasil daur ulang.
Arah kebijakan ini dianggap sudah cukup tepat, tapi sebenarnya masih bisa terus dimaksimalkan. Pemerintah bisa mendorong untuk menggunakan lebih dari 50 persen bahan material hasil daur ulang terhadap perusahaan-perusahaan yang menggunakan kemasan produk plastik.
Sumber berita : http://trendtek.republika.co.id/berita/trendtek/sains-trendtek/18/02/11/p3yh1e359-upaya-untuk-mengurangi-sampah-plastik
Komentar